3 Apr 2011

Wisata Kayangan Api Dan Blukutuk Di Bojonegoro

Nama Kayangan Api Adalah berupa sumber api yang tak kunjung padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem, sebuah desa yang memiliki kawasan hutan sekitar 42,29% dari luas desa. Menurut cerita, Kayangan Api adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe berasal dari kerajaan Majapahit. Di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain.

Sumber Api, oleh masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani oleh siapapun. Dari berbagai sumber cerita, maka Kayangan Api yang letakya sekitar 25 km dari ibukota Bojonegoro dijadikan sebagai obyek wisata alam dan dijadikan tempat untuk upacara penting yakni Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro, ruwatan masal dan Wisuda Waranggono.


Tempat wisata ini telah dibenahi dengan berbagai fasilitas seperti pendopo, tempat jajanan, jalan penghubung ke lokasi dan fasilitas lainnya. Lokasi kayangan api sangat baik untuk kegiatan sebagai lokasi wisata alam bebas(outbound). Dan pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jum’at Pahing banyak orang berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu seperti agar usahanya lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat pusaka. Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Pengembangan wisata alam Kayangan Api diarahkan pada peningkatan prasarana dan sarana transportasi, telekomunikasi dan akomodasi yang memadai. Kunjungan ke obyek wisata.

"Air Blukutuk"

selain mengeluarkan api abadi yang terbesar se-asia tenggara, tempat wisata ini juga mengeluarkan semburan api bercampur air yang sering disebut masyarakat sebagai ” air blukuthuk”. tempat wisata ini berada di desa sendang harjo kecamatan ngasem yang berada ditengah - tengah hutan jati dan terletak 15 kilometer selatan kabupaten Bojonegoro Jawa timur. Menurut sejarah dari masyarakat setempat,kayangan api merupakan petilasan seorang mpu pembuat keris pada jaman kerajaan Mojopahit.

Jalan menuju kayangan kata lain dari kayangan api merupakan tempat pengasingan seorang mpu yang bernama KI Kriya Kusuma. sebelum mengasingkan diri mpu tersebut bernama mpu supagati. Dia adalah seorang mpu pembuat keris yang terkenal dijaman Mojopahit. Ditempat pengasingannya inilah ki kriya kusuma melakukan tapa sambil menekuni profesinya sebagai ahli pembuat keris. Didalam pengasingannya, mpu supagati berhasil membuat sebuah keris yang diberi nama “Dapur Jakung luk telu Blong pok Gonjo” Selain terdapat sumber api abadi, disekitar lokasi tersebut juga terdapat semburan air bercampur lumpur yang mengandung belerang. NamunĂ‚ semburan tersebut tidak membahayakan masyarakat maupun daerah yang berada disekitar lokasi tersebut.

Air blukutuk ini dulunya untuk mencuci atau merendam keris yang dibuat Mpu Supagati” Kata juru kunci khayangan api Pak Juli. Bahkan oleh masyarakat sekitar maupun pengunjung lokasi wisata tersebut, air blukutuk tersebut dianggap membawa berkah. Karena selain dapat mengobati penyakit juga dianggap dapat membawa keberuntungan bagi mereka yang datang untuk meminta keberuntungan. Selain memintakesembuhan dari air blukuthuk, masyakarat yang datang kesini juga melakukan tirakat dengan bertapa didekat lokasi api abadi, “ujur pak juli

Hingga saat ini lokasi wisata yang berada di tengah hutan jati ini masih banyak meninggalkan misteri. karena selain mengeluarkan semburan api bercampur lumpur yang tidak membahayakan, tempat tersebut diyakini juga oleh masyarakat setempat dijaga oleh dua orang anak gadis ki kriya kusuma yang bernama Sri wulan dan Siti Sundari.


Sumber : www.eastindonesia.com
 

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Beranda

Followers

 

Subcribes

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger